Maukah Kau Menikah Denganku di Tahun Ini?

Ini adalah catatan menjelang pergantian tahun dari 2013 menuju 2014. Entah mengapa saya ingin menuliskan ini saat ini. Hari ini adalah hari Minggu tepat pukul 04.00 WIB, saat saya mulai menceritakan yang mungkin akan menjadi kenangan bagi saya sendiri dan menjadi salah satu bacaan ringan buatmu.

Aku, Yandri dan Aiv sudah menginginkan sebuah perjalanan untuk menyambut tahun 2014. Namun, tujuan yang pasti belum kami dapatkan. Hingga pada tanggal 27 Desember 2013, kami memutuskan untuk menuju Pulau Tidung. Kami belum pernah berada di sana dan kami ingin merasakan suasana pulau itu, itulah alasan kenapa kami ingin menuju ke sana. Sebelum tanggal 30 Desember 2013 kami mencoba mencari informasi sederhana tentang Pulau Tidung dan perjalanan yang harus kami lalui. Kami mendapatkan beberapa informasi tentang pulau tersebut, sebelumnya, yang kami tahu, pulau tersebut indah dan cukup menawan. Itu berdasarkan berita-berita yang kami simak baik dari yang sudah pernah ke sana maupun yang belum dan hanya sekedar menerka.
Membicarakan Pulau Tidung saya jadi teringat kepada seseorang wanita, wanita yang sangat ingin ke sana, Red. Akhirnya berdasarkan keteringatan itu, saya memutuskan kalau penyambutan tahun 2014 positif di Pulau Tidung. Beberapa rencanapun mulai saya pikirkan, terutama keinginan mengajak Red  yang ingin sekali ke pulau itu. Dia bukanlah siapa-siapa saya (lagi), namun, hmmmmmmmm. Saya mencoba memberitahukannya kalau saya dan beberapa sahabat saya akan ke Pulau Tidung pada Red melalui layanan pesan singkat. Hasilnya?.... sepertinya dia mau walaupun masih ada keragu-raguan di dalam pikirannya. Semenjak dari pesan singkat itu kami mulai sering saling kembali mengirim pesan.
Keraguan yang ada di dalam pikiran Red bukanlah masalah buat saya, sebab itu adalah hak dirinya, saya hanya mencoba menawarkan saja. Apapun alasannya, baik ia masih bekerja di tanggal 31 Desember atau ada hal lainnya. Hingga 30 Desember 2013,saya menanyakan kepastiannya untuk ikut atau tidak. Ternyata Tidung cukup membuat penasaran sampai-sampai dia berencana untuk bolos bekerja di 31 Desember karena kami akan menempuh perjalanan pada tanggal 30 Desember.
30 Desember 2013, 23.00 WIB, telepon genggam saya berdering,, ternyata ada pesan masuk dari Aiv,

"Gw dapet informasi dari temen gw buat Pulau Tidung. Kapal kita masih dapet yang harganya murah. Masuk pulau tidung 500rb/org. Mau ke Tidung?"

Booom!!!!
Lima ratusssssssssss rebuuuuuuuuuu?...... Ada buat ongkos ga ada buat makan urusannya. Hahahaha.

Saya yang sedang berada di kamar langsung mengubah tujuan kami menuju Parahiyangan. Kenapa ke Bandung?... pertama, di sana sudah ada penginapan yang bisa kami sewa, kedua, saya juga belum pernah merayakan pergantian tahun di Bandung. Berdasarkan keputusan itu, saya langsung memberi tahu kepada Red, bahwa, kami mengubah haluan menuju Bandung karena kami tidak ingin sengsara. Maaf tentang itu, Red. Hehehe
01.00 WIB kami mulai mempersiapkan keberangkatan seperlunya. Nasib memang nasib, kami harus diguyur hujan, sementara kami bertiga menggunakan kendaraan roda dua. Hujan semakin deras ketika kami tiba di Salabenda, hal itu membuat kami menunda perjalanan kurang lebih hingga pukul 04.30 WIB. Tidak ada yang tertidur pulas selama penundaan perjalanan itu, semua tertawa geli sambil meratapi nasib. Perjalanan menuju Salabenda yang biasa saya tempuh hanya tiga puluh menit kini menjadi dua jam setengah.
Setelah reda, kami lanjutkan perjalanan. Kami melewati jalur Puncak Bogor yang pagi itu masih sangat lenggang. Hanya ada beberapa kendaraan yang sepertinya bertujuan sama seperti kami, merayakan pergantian tahun. Setelah melalui puncak kami istirahat untuk sarapan dan memperkuat daya tahan mata dengan kopi. Malangnya nasib Yandri, ia adalah pengemudi motor yang saya tumpangi dan saya tidak begitu lancar membawa kendaraan tersebut, sehingga pergi sampai pulang ialah pengemudinya.
Setelah Cianjur, Ciranjang, Padalarang, Cimahi, dan lainnya terlewati, kami tiba di Bandung. Saya tidak tahu betul suasana Bandung sebelumnya seperti apa. Jadi, saya tidak bisa membandingkan Bandung dahulu dengan Bandung sekarang. Setelah tiba di sebuah penginapan yang terdiri dari beberapa kamar, kami memasuki kamar nomor 4 yang sudah disiapkan, penjaga penginapan itu adalah sahabat teman kami, Aiv. Dia cukup ramah seperti kebanyakan warga Bandung lainnya.
Melepas lelah dengan berbaring sampai mata kami terlelap, karena perayaan akan terjadi di malam nanti. Pukul 15.00 WIB kami terbangun, dan seperti kebiasaan sehari-hari, langsung mencari kopi hangat. Sambil menikmati kopi dan beberapa makanan ringan, kami membicarakan dua tempat hangout untuk melihat percikan kembang api di langit ketika puncak perayaan nanti, Dago atau Gedung Sate. Awalnya rencana kami adalah Dago, tetapi kami mampir di Gedung Sate hingga tidak bisa keluar lagi, pukul 20.00 WIB jalan sudah mulai padat.
Berjalan-jalan mengitari para pedagang, barangkali ada sesuatu untuk dibeli kemudian foto-foto dan duduk sambil membuka jejaring sosial. Ada pesan di sebuah media sosial, meminta oleh-oleh yang berupa basreng yang saya tidak tahu harus beli dimana. Lagi-lagi maaf untuk itu, Red, sebab tidak bisa membawa pulang untukmu basreng itu.

5, 4, 3, 2, 1


Suiiiiiiiiiiiiiiiiiing duar, swiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing duar duar, swing... swing... swing... duar duar duar. Selamat jalan 2013 yang penuh kenangan dan selamat datang 2014, tahun yang penuh harapan. Andai saja kamu berada bersamaku saat itu, maka, aku akan bertanya, "maukah kau menikah denganku di tahun ini?......."

0 komentar:

Posting Komentar