Terbunuh atau Membunuh Rindu

Terbunuh rindu?.... Tidak mungkin, Sayang!

Rindu ini tak akan mampu membunuhku. Ia adalah rekan setia di saat aku sendiri seperti ini. Ia merupakan teman saat aku mulai menikmati indahnya malam. Aku yakin dia tak mampu membunuhku karena aku pernah berdialog dengannya, Sayang.

Kala bulan hilang dan mendung digantikan oleh gerimis di malam minggu kemarin, ia datang dan menghampiriku.

Rindu: "Akulah yang akan menemanimu saat dia masih di dalam hati dan pikiranmu". ucapnya dengan nada lembut.
Aku: "Ya, aku tahu kau akan selalu menemaniku saat-saat seperti ini. Apakan aku akan lama bersamamu?" 
Rindu: "Maaf, sahabat. Pertanyaan itu tidak bisa aku jawab. Jawaban itu sudah ditulis oleh kekasihmu di atas kertas keinginannya."
Aku: "Tahukah kau, aku sedang khawatir saat ini."
Rindu: "Apa yang kau khawatirkan?... ceritakanlah kepadaku." pintanya dengan penuh harapan.
Aku: "Aku tahu, kau adalah teman yang paling setia di saat aku sendiri dan jauh darinya. Kau muncul di kala aku tidak bisa atau tidak boleh menjumpainya, padahal hati ini ingin sekali. Kau tidak pernah marah ketika aku melupakanmu karena terlalu asyik dengannya. Kau mau kembali kepadaku tanpa ada marah dan dendam dalam dirimu. Namun, aku khawatir kau akan terbunuh jika aku terus dekat denganmu. Kadang aku berpikir dekat denganmu merupakan penderitaan yang dalam. Kedalaman itu membuat aku selalu berpikir ke segala arah yang di sana ada banyak pertanyaan yang aku sendiri harus menjawabnya, jika, aku salah menjawab?... akulah yang akan merasakan kenestapaan dalam penyesalan. Selama ini aku sendiri tidak tahu jawaban yang sudah aku tulis dalam buku pikiran itu benar atau salah. Aku hanya tidak ingin kecewa dan dikecewakan, Teman."
Rindu: "Yah... aku juga sadar dengan keberadaanku. Setiap teman yang aku miliki, dan mereka lama berteman denganku, banyak yang aku alami. Tidak sedikit mereka yang aku temani membunuhku karena jenuh denganku, setelah itu aku dibangkitkan kembali oleh tuhan untuk mencari teman baru. Aku pun tahu sudah beberapa rindu yang kau bunuh dengan belati kecewamu itu atau dengan tangan kosong sekalipun. Namun, kali ini tuhan menitipkan aku kepadamu. Hal itu karena kamu punya mimpi sakral untuk menuju tingkat spiritual yang lebih jauh di atas sebelumnya. Kau tentu tahu maksudku?..."
Aku: "Aku sangat mengetahui maksud mimpi sakral itu. Akulah yang membuat tahun ini memiliki titik sakral untuk diriku sendiri. Apakah aku boleh bertanya kepadamu?...."
Rindu: "Silakan, Sahabatku."
Aku: "Kadang aku bingung dan merasa tidak percaya kepada orang itu, karena ia seperti tidak pernah merasakan kehadiranmu meskipun lama tak bertemu denganku. Yang ingin aku tanyakan, apakah wanita itu dititipkan rindu oleh tuhan seperti tuhan menitipkanmu kepadaku?"

Rindupun terdiam. Ia menatap langit. Dirinya menatap awan yang masih gelap dan sepertinya ia berpikir akan turun hujan lebat apabila ia pergi malam itu.

0 komentar:

Posting Komentar