Doa di 11 Nopember

Kali ini aku akan kembali bercerita tentang cinta, cinta yang tak akan pernah ada habisnya. Sudah habis beberapa detik waktu kuhabiskan untuk memperoleh cinta yang sebenarnya. Namun, dari semua itu belum ada yang bisa aku anggap hakiki. Mungkin cinta dan kasih sayang yang sesungguhnya hanya didapatkan pada saat yang tepat. Seorang sepasang akan mendapatkan dan mengerti cinta jika ia sudah terikat oleh pernikahan misalnya.
Saat ini, 11 November 2013, mungkin waktu yang akan menentukan nasib aku ke depan. Saat ini mungkin akan ada cerita yang baru dari semua cerita yang sudah pernah aku ada di dalamnya. Kenapa demikian?... saat ini seorang kekasih (yang apabila Alloh mengizinkan tahun depan akan aku nikahi) berulang tahun. Namun, ada sedikit konflik yang mesti dilewati setelah dua minggu aku tidak berkunjung ke rumahnya. Orang tua kekasihku menilai bahwa aku hanya bermain dengannya.
Saat ini usiaku sudah 28 tahun, dalam pikiranku sudah tidak ada lagi waktu untuk bermain, terutama tentang masa depan. Hal yang demikian itu terjadi (berpikir untuk bermain-main) karena aku belum sempat datang ke rumah kekasihku itu selama dua pekan tersebut. Itu pun bukan karena aku tidak ingin ke sana, banyak alasan untuk menunda kedatanganku.
Setelah ayah-ibunya pulang dari Tanah Suci, aku memang belum bisa berkunjung ke rumah kekasihku. Aku berpikir pasti akan banyak tamu yang bersilaturrahmi, apalagi mereka adalah salah satu kelurga yang cukup terpandang. Aku tidak ingin ada penilaian miring tentang diriku jika saat seperti itu aku ada di dalamnya. Selain itu, ada alasan lain yang membuat aku menunda kunjunganku. Kekasihku akan berulang tahun, maka, akan lebih baik aku berkunjung ke sana ketika hari ulang tahunnya sekedar ingin memberikan rasa kepedulianku. Namun, semua itu tidak seperti apa yang aku bayangkan.
Niat pada awalnya untuk menghindar dari perspektif negatif, kini menjadi nilai merah dari kedua orang tuanya. Semua memang salahku yang meminimalisir komunikasi untuk memberi efek kejutan di saat ulang tahun, dan aku dapat kejutan yang sesungguhnya dengan kabar yang aku terima mealui pesan singkat dari kekasihku.
Harapanku kini, agar kekasihku bisa menjelaskan dengan baik tentang ketertundaanku itu. Tidak menerima mentah dan pasrah dakwaan miring tentangku, sehinga semua berjalan dengan luwes. Aku tidak akan menyalahkan siapapun yang terlibat di dalamnya. Ini semua mungkin salahku yang memiliki nasib sederhana yang tidak seetiap saat mampu melangkah ke sana. Kesedeerhanaanku tetap saja harus aku syukuri, tidak bisa aku muram terhadap nasib itu.
Sebagai orang tua wajar jika mereka berpikir demikian. Orang tua pasti tidak akan mau anaknya menjadi buah permainan bagi orang lain. Aku juga tidak akan mempermainkan anaknya yang sekaligus kekasihku, ia adalah wanita yang ada harapan tentangku di hatinya. Perempuanku yang ada sabar menghadapi aku selama ini, doaku saat ini, “Semoga Alloh SWT memberikan pencerahan tentang langkah pada jalan menuju masa depan ini. Amin”. Kuharap kau mengamini doaku ini.


0 komentar:

Posting Komentar