Keluarga; Sebuah Bangunan yang Kompleks

Keluarga adalah rumah tangga yang memiliki hubungan darah atau perkawinan atau menyediakan terselenggaranya fungsi-fungsi instrumental mendasar dan fungsi-fungsi ekspresif keluarga bagi para anggotanya yang berada dalam suatu jaringan.
Fitzpatrick (2004), memberikan pengertian keluarga dengan cara meninjaunya berdasarkan tiga sudut pandang yang berbeda, yaitu pengertian keluarga secara struktural, pengertian keluarga secara fungsional, dan pengertian keluarga secara intersaksional. Berikut ini masing-masing penjelasannya:

  • Pengertian Keluarga secara Struktural: Keluarga didefenisikan berdasarkan kehadiran atau ketidakhadiran anggota keluarga, seperti orang tua, anak, dan kerabat lainnya. Defenisi ini memfokuskan pada siapa yang menjadi bagian dari keluarga. Dari perspektif ini dapat muncul pengertian tentang keluarga sebaga asal-usul (families of origin), keluarga sebagai wahana melahirkan keturunan (families of procreation), dan keluarga batih (extended family).
  • Pengertian Keluarga secara Fungsional: Keluarga didefenisikan dengan penekanan pada terpenuhinya tugas-tugas dan fungsi-fungsi psikososial. Fungsi-fungsi tersebut mencakup perawatan, sosialisasi pada anak, dukungan emosi dan materi, dan pemenuhan peran-peran tertentu. Defenisi ini memfokuskan pada tugas-tugas yang dilakukan oleh keluarga.
  • Pengertian Keluarga secara Transaksional: Keluarga didefenisikan sebagai kelompok yang mengembangkan keintiman melalui perilaku-perilaku yang memunculkan rasa identitas sebagai keluarga (family identity), berupa ikatan emosi, pengalaman historis, maupun cita-cita masa depan. Defenisi ini memfokuskan pada bagaimana keluarga melaksanakan fungsinya.
Berdasarkan definisi tersebut, maka, jelas sebuah keluarga adalah sesutu keadaan, situasi, dan status yang kompleks. Sebuah keluarga terhimpun berdasarkan struktur-struktur yang teratur, adanya pembagian tugas yang relevan berdasarkan visi-misi, dan memiliki ciri khas sebagai identitas yang dapat dilihat dari terealisasikannya visi-misi sebuah keluarga itu sendiri
Keluarga sederhana ataupun istimewa pasti terdapat di tigal tersebut di dalamnya. Keluarga bisa disebut sederhana karena cara struktur keluarga itu sendiri menentukan visi-misi dan kemudian menjalankannya. Pun keluarga istimewa. Itu cuma bagaimana sudut pandang sebuah keluarga menjalankan fungsinya, bukan karena kurang harta dan sebaliknya.
Oleh karena itu, betapa pentingnya masalah kesiapan individu menentukan akan bekeluarga atau belum. Kesiapan tersebut dapat terlihat ketika ia bisa memprioritaskan keluarga dan memandang keluarga adalah suatu hal yang penting dibanding yang lain. Visi-misi dalam sebuah keluarga adalah faktor penentu keluaraga tersebut akan dibawa dan dijadikan seperti apa. Dengan landasan itu jelas, sebalum menentukan pilihan dan betul-betul memastikan keputusan, maka, bermusyawarah tentang visi-misi ketika sudah bekeluarga nanti sangat diperlukan.
Apakah ada sebuah kegagalan keluarga yang berdasarkan strukturnya?... kalau menurut saya sendiri, hal itu sangat mungkin terjadi. Jika salah satu struktur keluarga yang untama (suami-istri) tidak sama visi-misinya, maka, akan ada konflik yang muncul karena tidak bersinergi. Padahal, suami-istri adalah penentu dari struktur selanjutnya. Jadi, apabila masalah muncul dari struktur keluarga, maka, bisa dipastikan fungsi-fungsi keluarga tidak akan berjalan dengan selaras.
Membangun keluarga yang utuh, rukun dan bertahan lama haruslah berdasarkan kesadaran dan tanggung jawab terhadap tugasnya masing-masing. Tugas-tugas struktur dalam keluarga dapat mengacu kepada kepercayaan atau keyakinan yang dianut. Dalam Islam semua sudah diatur sedemikian detil dan rapi tentang tugas dan fungsi sebuah keluarga.
Suami memiliki fungsi sebagai kepala keluarga dan tugasnya adalah memberi nafkah kepada anggota keluarganya (anak dan istri). Nafkah bukan hanya sebatas materi, namun juga, batin yang meliputi kasih sayang, perhatian, bimbingan dan kebutuhan biologis.
Istri merupakan penentu masa depan garis keturunan keluarga yang persentasenya lebih tinggi dari seorang suami. Karena seorang ibu merupakan struktur keluarga yang paling dekat dengan keturunannya. Oleh karena itu, seorang istri harus memiliki keterampilan yang baik dalam mengurus dan membimbing anak-anaknya. Selain itu, seorang istri harus taat kepada suami. Ia tidak diperkenankan bertindak semaunya tanpa seizin atau sepengetahuan suami. Karena ia telah menjadi seorang istri yang terikat oleh aturan pernikahan.
Orang tua adalah pendorong bagi pasangan suami-istri. Oleh karena itu, orang tua menjadi penasihat. Jadi, setelah bekeluarga bukan berarti lepas seutuhnya dari peran kedua orang tua. Berbakti kepada kedua orang tua merupakan kebutuhan agar mereka dapat memberi jalan keluar atau menasihati apabila muncul sebuah masalah.
Keluarga itu merupakan pencipta SDM (Sumber Daya Manusia). Jika keluarga tersebut harmonis, rukun, dan berjalan sesuai fungsi dan tugasnya, maka, SDM yang lahir pun semakin berkualitas. Semakin baik kualitas SDM pada sebuah keluarga menentukan kualitas SDM di masyarakat. Oleh karena itu, mendidik, menasihati, dan memberi pembelajaran bermakna kepada keluarga tentang nilai-nilai perilaku, budi pekerti dan ilmu pengetahuan menjadi hal yang utama sebelum melakukannya di luar keluarga.

0 komentar:

Posting Komentar