Ketika Kita Tak Dipertemukan di Sawarna

Sejak pertengahan Ramadhan, aku dan beberapa sahabat merencanakan liburan Lebaran tahun 2013 menuju Pantai Sawarna. Kenapa Sawarna?... Banyak alasan yang membuatku tertuju pada tempat itu, mulai dari lokasi yang katanya "bagus, bersih dan masih perawan" (ayeyyy :P). Namun, ada dua alasan yang memacu agar aku harus menembus lika-liku jalan dan turun-naiknya jalan, pertama karena aku memang belum pernah memijakkan kakiku di sana, kedua karena ada perempuan berkulit merah di sana (ceileeee).

Rencana ya tinggal rencana, beberapa sahabat tumbang niatnya untuk ke Sawarna pada Sabtu dini hari karena berbagai macam alasan, hingga tersisa saya dan Yandri. Tersisa dua vespa, Serah(Sespan Merah) dan Bhuto (Vespa Ijo) milik Yandri. Akhirnya kami mengatur rencana untuk tetap berangkat pada Sabtu dini hari meskipun berdua, masalah kendaraan situasional saja yang terpenting tujuan terlaksana. Tak ada Vespa, Jepangan pun jadi!

Rencana kami memang akan bergerak pada hari Sabtu dini hari agar terhindar dari macetnya jalan. Pada pukul 06.00 PM saya dan Yandri berencana untuk ke Gunung Bunder untuk mengunjungi seorang terlebih dahulu dan meminjam kamera. Namun, setelah melewati Semplak jalan begitu macet dan sulit bergerak. Karena saya menggendari Serah saya, akhirnya kami memtuskan untuk kembali pulang.

Saat pertengahan jalan kami merasa bingung mau kemana malam itu. Setelah beberapa lama berpikir dan berada dalam pusara kebingungan kami memtuskan untuk bergegas pulang ke rumahku. Saya berusaha untuk tetap membawa Serah dengan menghubungi Cepot tetapi ternyata gigi borobudur Bhuto kondisinya mengkhawatirkan untuk dikendarai menuju Sawarna.

Pada pukul 02.30 AM kami memutuskan untuk mulai bersiap-siap dengan menggunakan Vixinya Yandri... Gas polllll, Bro!

Ketika tiba di Caringin kami istirahat untuk mengisi perut untuk menghindari masuk angin. (hehehe) Kami melanjutkan perjalanan dan istirahat kembali di Cibadak, minum secangkir kopi untuk menghangatkan badan dan istirahat kembali di Pantai Pelabuhan Ratu guna mengikis rasa kantuk.

Ada rasa ingin segera tiba di Sawarna setelah mendengar bisikan-bisikan dari telepon genggam. Ingin segera sampai di sana dan tidak hanya mendengar suaranya. Pukul 11.00 AM kami melanjutkan perjalanan menuju Sawarna dan meninggalkan Pelabuhan Ratu. Penuh semangat Yandri menarik-narik pedal gas yang ada di tangannya melewati turun-naik dan kelokan-kelokan jalan.

Pada pukul satu lebih beberapa menit kami tiba di depan jembatan traditional menuju Pantai Sawarna.

Depan Jembatan Sawarna
Setibanya di sana aku langsung mencoba menghubungi Red, namun, huh... tiada ada tanda-tanda :( maka kami menuju tempat parkir untuk menitipkan motor dan istirahat sejenak karena kami akan bermalam di tepi pantai.

Setelah beberapa kali terus-menerus mencoba mencari informasi tentang dia dan tiada jua kabar yang aku dapatkan, mungkin dia telah berada dalam perjalanan kembali menuju Bogor. Pada hari Sabtu siang, teman-teman dari kampung halaman tiba di Sawarna hingga kami dapat berkumpul dengan mereka dan menghapus heningnya senja tanpa dirimu.

Ternyata aku tidak dipertemukan dengannya, mungkin kau berjodoh dengan Serah tetapi tidak denganku. Jika dia mengingatnya aku pernah berkata dalam pesan singkat "Mungkin kalau kita jodoh, kita akan dipertemukan di sana (Sawarna)" dan ternyata kita tidak dipertemukan. Apa ini pertanda?.... Aku hanya dipertemukan dengan senja dan fajar di sana, di sawarna yang menggoda touris untuk memainkan papan selancarnya pada debur ombak yang memesona. Jika memang demikian, semoga ada yang terbaik di ujung sana, di suatu tempat yang sedang menanti kehadiranmu, kehadiran gadis yang membuat hidupnya berubah menjadi merah. Apabila kita dipertemukan kembali di tempat lain, mungkin kita akan berada di sana kembali bersama.

Senja di Sawarna

Pagi di Sawarna

Manteman Dari Desa

Jaga Kebersihan Sawarna

Fajar di Sawarna

Fajar di Sawarna


*** SAMPAI BERTEMU LAGI, SAWARNA***

0 komentar:

Posting Komentar