Saya Percaya Tuhan, Saya Tidak Menangis

Gambar by google.com
Apakah kamu percaya Tuhan?... Jika kamu percaya, sejauh mana kamu mempercayai-Nya?... Percaya itu bukan tahu, tapi meyakini atau mengimani. Banyak orang yang tahu tentang Tuhan dan keberadaannya, tapi apa mereka telah meyakininya. Meyakini kasih sayang, pertolongan, dan ampunan-Nya.

Saya meyakini Tuhan dan segala kuasa yang Ia miliki. Kini, saya telah menyerahkan segala sesuatu yang akan terjadi pada diri saya kepada-Nya. Tentu setelah saya sudah meniatkan dan berusaha melakukan sesuatu. Hasil?... Hmmmmm. Biar Dialah yang menentukan sebab saya cuma manusia yang terbatas kemampuannya. Saya hanya bisa niat, usaha dan berdo'a.
Pada cerita sebelumnya, saya sempat menangis karena kekhawatiran saya tentang jodoh. Namun, kali ini saya sudah tidak perlu lagi mengkhawatirkannya. Saya adalah orang Islam, sebagai umat Islam jelas saya berpedoman kepada Al-Qur'an dan Hadits.

Dalam Al-Qur'an jelas Allah swt berfirman dalam QS. Ar Ruum: 21 "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir."
Allah berfirman dalam QS. AnNur: 26 “Laki-laki yang baik adalah untuk perempuan yang baik, perempuan yang baik adalah untuk laki-laki yang baik (pula)”

Berdasarkan dua ayat Al-Qur'an tersebut di atas apalagi yang perlu saya khawatirkan?... Mungkin diri saya sendiri saja. Apakah saya ini sudah cukup baik untuk mendapatkan jodoh yang baik?... Itulah sebabnya manusia wajib untuk muhasabah/menginstropeksi diri sendiri agar ia tahu sejauh mana usaha yang telah dilakukan untuk mendapatkan sesutu yang baik. Yah! segala sesuatu itu kembali pada diri kita sendiri.

Melakukan sesuatu yang baik adalah kewajiban setiap individu agar ia sendiri mendapatkan yang baik itu adalah fitrah sebagai manusia. Masalah benar dan tidaknya, hanya Tuhan yang tahu, Ia Yang Maha Benar dan mengetahui kebenaran yang hakiki. Manusia yang menganggap dirinya paling benar belum tentu benar di hadapan orang lain, pun Tuhan. Manusia yang melihat kebenaran dari sudut pandang dirinya kadang juga tertipu.

Manusia terlahir dengan rasa ingin tahu dan selalu bertanya. Rasa ingin tahu itu membuat seseorang  bertanya-tanya untuk menemukan jawabannya. Bahkan, terkadang bertanya pada dirinya sendiri dan menjawab sendiri pertanyaannya, kemudian meyakini kebenaran jawaban tersebut. Padahal jika dihayati, jawaban itu adalah spekulasi yang belum tentu benar. Namun, karena keyakinannya terhadap jawaban itu, maka, dianggap benarlah kesimpulanyang bersifat spekulatif itu. Hal seperti itu yang cenderung menumbuhkan buruk sangka. Jika seseorang sudah percaya dan meyakini hal yang belum tentu kebenarannya, maka, kebenaran yang sesungguhnya akan diselimuti keburuksangkaan dalam pikirannya. Bahkan, ketika diberikan kebenaran yang sesungguhnya, ia sulit menerima kebenaran tersebut dengan alasan apapun.

Oleh karena itu, saya rasa, saya tidak perlu lagi menangisi dan khawatir tentang jodoh saya. Selama niat, usaha yang diiringi doa saya itu baik, maka, saya yakin Tuhan akan memberikan yang terbaik untuk saya di kemudian hari. Itu semua karena saya yakin kepada Tuhan saya, Allah SWT.

0 komentar:

Posting Komentar